Rab. Jan 15th, 2025

Marak Kasus Anak Bunuh Diri, Psikolog: Perlu Pendampingan Orangtua Hingga Kelola Emosi

Fenomena pada pelajar hingga anak jadi marak belakangan ini. Terkait hal ini, Psikolog klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum, M.Psi beri penjelasan. Orangtua perlu waspada dan perlu terus lakukan pendampingan pada anak.

Anak anak harus mendapatkan pendampingan oleh orangtua. Memberikan dukungan dan mengajari perihal mengelola emosi. "Jangan karena anak sudah besar, mungkin secara intelegensi pintar. Tapi secara emosi kan belum tahu," kata Nirmala.

Fabrizio Romano Ungkap Ada 2 Nama Kandidat Kuat Pengganti Jurgen Klopp Latih Liverpool Keuchik Terpilih Rangkap Jabatan Ketua PPK, Begini Tanggapan Sekda Pidie dan Penegasan Camat Ini 4 Bandara di NTT dengan Jumlah Penerbangan Terbanyak

Jelang Laga Kalteng Putra Vs Persekat Tegal, Ini Tiga Pemain yang Masih Ingin Bertanding KNRP Kembali Salur Bantuan Pangan di Jalur Gazadan Tepi Barat, Buka Dapur Umum di Sejumlah Lokasi Lusinan Ponsel Aktivis HAM, Pengacara, Jurnalis Yordania Diretas Spyware Pegasus Israel

Idham Mase Kekeuh Cerai dengan Catherine Wilson, Kecewa Keket Tak Mundur dari Caleg, Rebutan Suara Halaman 3 Di sisi lain, orangtua perlu mengecek kondisi anak secara pelan pelan. Masyarakat juga ketika ada pemberitaan soal anak anak bunuh diri perlu berhati hati.

"Jangan asal tuduh, wah ini anak iman kurang, makanya dari kecil anak anak harus diajari salat. Oh kamu gak boleh pakai internet, nanti bunuh diri," kata Nirmala. Kalimat tuduhan dan pikiran seperti di atas sudah sebaiknya dihilangkan dan mulai mencari akar permasalahannya. Lebih lanjut Nirmala menekankan pada orangtua untuk mengajarkan anak mengelola emosi sedini mungkin.

"Penting banget, sedini mungkin kita ajari sesuai kapasitas anak. Dan izinkan anak untuk memiliki emosi itu," jelas Nirmal. Misalnya, saat anak menangis, jangan buru buru dibilang "ih, jangan nangis kamu." "Tapi pelan pelan, oke nangis tidak apa tapi sesuai dengan usianya, pelan pelan kita ajari kalau sedih boleh nangis, tapi kan tidak semua harus ditunjukkan di tempat umum," kata Nirmala lagi.

"Contoh, misalnya lagi jalan jalan sama om tante, kamu sedih, tapi sambil teriak, kan om dan tante juga bingung," kata Nirmala mencontohkan. Pelan pelan ajari bagaimana anak menampilkan emosi. Tapi jangan juga sampai melukai atau menyakiti orang lain. Setelah anak mengenali emosi, anak pelan pelan juga diajari meregulasi emosi.

"Regulasi dari kecil sih. Emosi boleh ada, tapi tetap harus diregulasi jangan sampai kita dikuasai oleh emosi. Sedini mungkin. Termasuk orangtua harus bisa mencontohkan," tutupnya. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *